Senin, 06 Februari 2012

Kebahagiaan Tidak Datang Krena Momentum Khusus Atau Momentum Besar



            Boneka anjing itu memang sungguh lucudan menggemaskan. Dengan di bekali dua baterai di dalamnya, ia bisa bergerak ke depan dan ke beakang sambil mengeluarkan suara yang agak unik. Lehernya yang fleksibel, bisa bergerak manggut-manggut dan matanya yang dapat bersinar-sianr seiring dengan suara dan gerakannya menjadikan ia mainan yang amat di sukai oleh Shifa yang masih berumur hampir empat bulan itu. Harganyapun terbilang sangat murah hanya dengan uang satu lembar lima puluh ribu rupiah, kita sudah dapat membawa pulang mainan tersebut ke rumah. Sebenarnya boneka anjing kecil itu  bukanlah satu-satunya barang jualan yang di jajarkan di lantai dasar sebuah mall di Jakarta Selatan tersebut. Ada banyak mainan-mainan, lain diantaranya adalah boneka kelinci yang berdiri dan dapat menggerak-gerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan dengan lucunya sambil diiringi dengan suara-suara yang unik juga. Dua jenis mainan ini nampaknya menjadi primadona bagi Shifa sampai-sampai ia tidak mau berhenti memandanginya boneka yang bergerak tersebut.
            Dan kamipun  ijkut tertarik untuk membeli dan membawa boneka anjng trsebut kerumah. Sesampai dirumah walaupun dalam suasana capek dan sudah lumayan malam, boneka anjing kembali di mainkan. Kontan suasana rumah seakan menjadi heboh dan larut dalam kegembiraan melihat mimik muka Shifa yang tersenyum-senyum dan memandanngi boneka tersebut dengan rasa aneh dan seperti penasaran. Kami sekeluarga tidak henti-hentinya menertawakan setiap kejadian yang lucu dan langka tersebuttawa semakin pecah ketika Shifa menendang boneka yang berjalan menghampiri kakinya sampai-sampai boneka tersebut terguling tidak berdaya. Saking senagnnya sampai-sampai kami tidak sadar bahwa waktu sudah menunjukan 21:30.
            Kisah tadi adalah sekelim contoh bahwa untuk menjadi bahagia, kita sebenarnya tidak perlu menunggu suatu momentum yang khusus dan besar menjadi bahagia, kita sebenarnya tidak perlu menunggu suatu momentum yang khusus dan besar seperti mendapat hadiah undian, kenaikan gaji, pangkat, jabatan, atau ketika berhasil memiliki rumah baru, mobil baru, atau pencapaian-pencapaian lainnya.
            Sejatinya setiap orang bisa menjadi bahagia kapan saja dan dalam posisi apa saja. Namun demikain, seiring kita sendirilah yang menjadiakn kondisi-kondisi yang sedaang kita alami sebagai penghalang penggapai kebahagiaan tersebut. Status rumah yang masih ngontraklah, rumah yang masih sempitlah, masih pegawai rendahanlah, penghasilan kecil pas-pasan lah, belum punya mobil lah, belum memiliki anak lah, anak-anak masih pada bandel lah, gaji tidak naik-aika lah, jabatan tidak di promosi lah, dan banyak kondisi-kondisi lain yang seolah-olah menjadi penghalang untuk menjadi bahagia.
            Walaupun tidak dapat di pungkiri bahwa hal-hal diatas adalah saangat penting bagi setiap orang, namun menjadikan sebagai penghalang kebahagiaan adalah siakap yang kurang tepat. Keputusan kebahagian yang sebenarnaya ada di tangna kita sendiri. Seprti yang disampaikan oleh Benjamin Franklin di atas, bahwa kebahagiaan sangat tergantung dari pengaturan-pengaturan di dalam batin atau pikiran dan bukan tergantung dari hal-hal di luar kita. Jadi sekali lagi, putuskannlah untuk menjadi bahagia dekarang juga. Perbanyak “mainan-mainan kebahagian” di dalam diri dan keluarga kita yang membuat kita senantiasa bersyukur atas karunia Tuhan, dann untuk menjadi orang yang bersyukur dan bahagia, fokuslah pada apa saja yang sudah kita miliki, bukan pada apa-apa yang belim kita miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar