Jumat, 10 Februari 2012

Dongeng Mang Jaya

Kujang Manjing Warangka

Tokoh utamanya adalah bernama Anggara yang berkelana mencari keberadaan sang ayah yang bernama Wiganda. Di awal pencariannya Anggara bertemu dan berguru pada seorang sepuh yang bernama Ki Sura. Ki Sura mempunyai seorang cucu perempuan bernama nyi Saerah yang nantinya menemani Anggara di pengembaraanya. Ki Sura mempunyai seorang murid yang bernama Jaka namun dia sangat jahat dan setelah selesai berguru dari ki Sura Jaka  dia berkelana, dia di juluki dewa pedang karena keahliannya memainkan pedang yang tidak terlihat ketika mengeluarkan pedang dari sarungnya, tahu-tahu lawannya sudah merasa dingin mengeluarkan darah karena tersabet pedangnya, itu, Dalam pertemuannya Jaka dengan Anggara dalam sebuah sayembara  mereka bertarung yang akhirnya dimenangkan oleh Anggara.
Tokoh antagonis dalam lakon ini adalah Ki Burandil, seorang “rampog gerot”. Banyak halangan yang dialami Anggara dan Saerah dalam pencarian ini. Dalam pencarian jejak ayahnya, Anggara dibekali sebuah Kujang oleh ibunya, Kujang tersebut merupakan warisan dari kakek Anggara yang pada zamannya adalah seorang prajurit. Tanpa diketahui Anggara, sebenarnya Ki Sura adalah sahabat kakeknya. Namun sayang ketika bersama Ki Sura, Anggara tidak pernah menyebut tentang Kujang yang dibawanya, kujang yang diharapkan menjadi pertanda bila bertemu ayahnya kelak dan Anggara pun tidak pernah memakai kujang tersebut dalam perkelahiannya. Kujang tersebut tidak dilengkapi dengan warangka, kenapa bisa begitu..? Jawabannya ada di akhir dongeng ini.
Mendekati akhir dari dongeng ini, Anggara bertemu dengan Ki Baraja, seorang sakti yang diselamatkannya dari siksa yang dialaminya. Ki Baraja dipenjarakan oleh Ki Burandil. Setelah diselamatkan oleh Anggara, Ki Baraja mengabdikan diri untuk membantu Anggara.
Pada akhirnya Anggara bertemu juga dengan ayahnya yang ternyata sedang menyamar menjadi anggota gerombolan Ki Burandil, bahkan menjadi orang kepercayaan Ki Burandil.
Ki Burandil ternyata seorang jawara yang sangat sakti, tubuhnya kebal. Di akhir cerita ini mengisahkan pertarungan antara Anggara dengan Ki Burandil. bagaimanakah Anggara bisa mengalahkan Ki Burandil, sedangkan Ki Baraja dan bahkan ayahnya saja tidak sanggup menandingi kesaktian Ki Burandil. Klimaks cerita ini sedikit kurang seru, karena tidak terjadi pertarungan yang sengit antara Anggara dan Ki Burandil. Seperti dikisahkan bahwa Ki Burandil mempunyai tubuh yang kebal, dan tidak ada yang sanggup mengalahkannya.
Ternyata….
Dahulu kala, di zaman kakeknya Anggara menjadi prajurit itu, Ki Burandil masih seorang rampok yang belum terkenal. Pernah terlibat pertarungan dengan kakek Anggara, dan saat bertarung itu, kakek Anggara berhasil melukai Ki Burandil dengan menghujamkan Kujangnya ke arah “bujal” atau “udel/puser” Ki Burandil. Kujang tersebut ternyata belum sempat dilepas dari warangkanya, jadi “bujal” Ki Burandil tertusuk oleh Kujang yang masih ber-warangka, dan ketika dicabut, warangka kujang tersebut tertinggal dalam tubuh Ki Burandil. Konon, berkat warangka kujang itulah Ki Burandil menjadi kebal.
Dan kini Anggara telah berhadapan dengan Ki Burandil. Jika diadakan pertarungan, tentunya Anggara tidak akan pernah mampu mengalahkan Ki Burandil yang sakti itu. Namun karena Anggara mengetahui jalan cerita Ki Burandil itu, ia masih mempunyai ‘harapan’ kepada Kujang warisan kakeknya itu. Maka Anggara menantang kekebalan Ki Burandil dengan mengatakan jika ia tidak mampu melukai tubuh Ki Burandil dengan tiga tusukan, maka ia akan menyerah kalah.
Ki Burandil menyanggupinya, dan Anggara pun langsung menusukkan Kujangnya ke tubuh Ki Burandil, sedangkan Ki Burandil tegak menerima dengan penuh keyakinan. Tusukan pertama dan kedua diarahkan kebagian badan Ki Burandil, dan ternyata Ki Burandil benar-benar kebal,  ujang itu tak mampu menembus kulitnya. Tusukkan terakhir, Anggara mengarahkan tepat ke “bujal” Ki Burandil. Dan ternyata, kelemahan Ki Burandil terletak disana, sebagaimana sumber kekebalannya selama ini berasal  “Kujang manjing warangka”, dan Ki Burandil pun tewas.


Cerita di atas cuma rangkuman dari Dongeng Mang Jaya

Terimakasih Semoga Bermanfaat
:-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar